Selasa, 16 Oktober 2012

Travelling Singapore - Part II

Penerbangan dari KL ke Singapore cuma 45 menit. Lamanya adalah sewaktu pesawat tersebut dari landasan menuju ke tempat pemberhentiannya. Di Singapore nggak pake jalan di luar lagi tapi langsung masuk ke garbarata dan keluar di T1 Changi Airport. Lega karena udah nyampe tanpa ketinggalan pesawat, sekarang siap2 melewati imigrasi Singapore dan mencari lokasi hostel yang sudah dipesan dari jauh2 hari :)

Changi airport tempatnya keren, ada tempat air minum langsung dan boleh pilih mau jalan atau masuk ke elevator jalan dan diam aja sampai tiba di tujuan. Tapi ini nggak berlaku buat sebagian besar orang, kebanyakan mereka masuk ke elevator jalan terus jalan juga, supaya lebih cepat sampe ya :) Aku lihat banyak bule yang sekedar duduk atau sibuk di depan laptopnya. Sebelum keluar kami ke toilet lagi trus ke tempat air minum, minum sambil isi botol karena ingat kalau harga air minum di Singapore itu mahal.



Setelah itu kami menuju imigrasi, sebelumnya, isi formulir kedatangan dan keberangkatan lagi. Lewat dari imigrasi, kami cari skytrain untuk membawa kami ke stasiun MRT. Kok tau ya mau kemana aja? Hasil dari baca bukunya Claudia K, ikut milist Ibackpacker, info dari pihak hostel, info dari teman2 dan mbah Google yang dicatat jadi satu di kertas petunjuk jalanku :))



Skytrain dari T1 ke mrt changi gratis, (baru kali ini naik kereta *malututupmuka) tantangan pertama tiba, aku dan Shierly dipinjamkan kartu EZ Link oleh mama Ellen. Beliau udah pesen suruh cek dulu isi kartu, takutnya sudah ada yang habis depositnya. Tapi lagi2 lupa. Aku pegang 1 kartu EZ Link, anakku pegang 1 kartu. Aku suruh anakku duluan lewat sambil nge-tap kartu ke pintu pembatas (namanya apa ya *garuk2kepala) untuk masuk ke stasiun mrt. Shierly lewat, tapi waktu aku nge-tap kartuku ke mesin, pintunya nggak mau ngebuka, 2 kali tap, nggak buka2 juga, akhirnya aku mundur karena sudah ada orang yang antri sambil teriak ke Shierly suruh tunggu di situ jangan kemana-mana. Untung ada petugas yang mengawasi. Ibu yang baik itu menyuruh Shierly masuk lagi lewat pintu lain dan aku ditunjukin mesin yang tersembunyi di belakang elevator untuk mengisi kartu tersebut.

Daripada salah karena nggak tahu, aku perhatiin  dulu orang yang sedang isi ulang di depanku. Lima orang ibu-ibu dan satu bapak yang sedang mengajarkan ibu-ibu itu cara isi kartu. Ok deh ngerti, tapi tetep baca lagi petunjuk di mesinnya. Singapore oke banget soal petunjuk asal kita teliti dan sabar membacanya :) Setelah isi ulang, kami temui lagi ibu petugas tadi, dia bantu Shierly keluar tanpa perlu nge-tap kartu lagi, sedangkan aku melakukan tap keempatku dan sukses :))

Mrt datang sekitar 5 menit kemudian. Kata adikku dulu "Cece klo tinggal di Singapore pasti seneng banget, sbb di mrt banyak yang baca buku seperti cece". Ternyata emang klo naik mrt bisa sambil baca buku atau tidur (kepengen tidur dalam kasusku :P ) saking tenang dan enaknya :)) Mrt berangkat dari changi station dan berhenti di tanah merah station. Di tanah merah station kita turun di sebelah kiri terus nunggu kereta berikutnya yang berangkat ke arah yang ingin kita tuju, pasir ris atau joo koon. Karena aku menginap di hostel The Hive, tujuanku berikutnya adalah ke outram park station jadi ambil yang arah joo koon.


Sampai di outram park station, jalan kaki untuk pindah jalur pemberangkatan mrt menuju punggol atau cari line ungu (north east line). Ternyata jalan kaki lumayan jauh juga, apalagi ditambah backpack.Bener saran Rina, klo cuma ke Singapore aja, mending bawa koper beroda :)) Di jalur ungu, kami berhenti di boon keng station. Sampai di boon keng station cari exit C trus keluar, sesuai petunjuk dari hostel, kelihatan deh bangunan kuning di seberang lapangan. Jalan kaki santai sekitar 5 menit nyampe deh di hostel, hoorrayyy.. ^.^/

Hostel The Hive lumayan nyaman, kita dapet kamar sendiri untuk berdua dengan sharing kamar mandi. Sebenernya, tidur di dormitory room juga enak, asal kita siap bertenggang rasa dengan penghuni lainnya :) Selesai check in, bayar SGD.90 untuk berdua selama 2 malam, kami diantar ke kamar kami sambil dijelasin hal-hal yang perlu kami ketahui. Simpan tas, mandi, kami siap menjelajah.

Pilihan jatuh ke the hive sebagai tempat menginap selain murah, rekomendasi yang lumayan tinggi, dan juga karena dekat ke mustafa centre. Pengen banget lht tempat yang buka 24 jam, seperti apa sih dalemnya hehehe... Tapi sebelumnya kami makan dulu, carinya di pinggir jalan aja, banyak kok yang jualan. Mungkin agak lebih susah bagi yang muslim. Selesai makan malam kami masuk ke mustafa centre. Ternyata hampir semua barang ada di sini, mulai dari emas sampai elektronik, baju sampai sepatu, makanan dan mainan. Harganya juga terjangkau. Tujuan utama adalah beli kain pesenan sahabatku dan cari oleh-oleh coklat buat temen kantor :)

Setelah keliling-keliling akhirnya nemu coklat, kain sarii dan nemu mainan (pasti deh) buat Shierly. Karena udah dapet mainannya, Shierly terus ngajakin pulang. Oke deh kita pulang, ditambah lagi waktu udah jam 11 malam :) Pulang ke hostel, rapiin belanjaan terus tiduuurrrr.... *Zzzzzzzzzzzzzzz...........


Rabu, 10 Oktober 2012

Traveling Singapore

Teman, sering denger sale tiket murah dari berbagai maskapai penerbangan baik domestik maupun internasionalkan? Apa kamu juga suka cek harga dari satu tempat ke tempat berikutnya untuk tahu apakah bener itu harga murah? Apakah dari hasil cek harga itu terus kamu jadi kepingin dan akhirnya memutuskan untuk pergi? Saya salah satunya :)

Bermula dari newsletter Air Asia mengenai tiket murah dari Palembang ke Kuala Lumpur, saya cek lagi tujuan berikutnya Singapore dan ternyata lumayan murah menurut saya, lebih murah daripada tujuan Palembang - Jakarta :( Total biaya perjalanan dari Palembang - K. Lumpur - Singapore dan K. Lumpur - Palembang adalah 1,6jt utk berdua sdh termasuk airport tax dan bagasi untuk pulang. Ngilerkan... akhirnya dipesanlah itu tiket. Waktunya dua bulan lagi.

Pernah ke luar negeri? Banyak yang sudah ya. Saya sendiri belum pernah. Pergi bareng sama keluarga dan temen atau ikut tour? Kalau saya cuma berdua dengan anak saya. Fasihkah cas cis cus bahasa inggris? Inggris saya good di writing just so so di conversation krn dah lama gak di pake. Jadi? Nekat.... wae... hehehehe....

Searching tempat via mbah google, baca2 arsip milis, tanya teman-teman di milis ibackpacker, dibantuin juga langsung sama ko Ferry B, Rina dan teman-teman lain (thanks my friend :) ) Akhirnya tersusunlah itinnerarry-nya walaupun masih agak cemas, tapi karena ini perjalanan pertama keluar negeri maka semangatnya mungkin melebihi kecemasannya hehehehe....

Masalah itinerary selesai, tinggal ngumpulin dana buat jalan-jalan dan penginapan nih :) Eh, ada yang baik hati, begitu mendengar rencana kepergian kami, adikku Yanto dan Ellen langsung kasih uang jajan buat kami. Uangnya dipakai untuk beli dolar singapore dan ringgit malaysia. Total yang dibawa SGD250 dan RM600. Cukupkah? Semoga cukup ya :)

 Traveling Singapore itu sebenernya impian yang sudah lama sekali ingin dilakukan, ditambah lagi mata panas - bukan kuping ya, karena aku bukan mendengar :P - membaca cerita dan melihat foto teman-teman yang sudah duluan kesana. Duh.. tambah kepengen deh. Syukurlah akhirnya bisa kesampaian juga ^.^/

Setelah pesen tiket, tanya2 teman, buat itinnerarry, pesen hostel, cari jadwal bus, cari tempat wisata, web check in dalam jangka waktu 2 bulan sebelum berangkat, akhirnya tibalah waktunya untuk berangkat. Sehari sebelumnya udah sibuk packing2 baju dan perlengkapan yang mau dibawa. Packing juga musti pinter n hati2, sebab Air Asia cuma memperbolehkan bawaan seberat 7kg/orang untuk di bawa ke kabin dan tidak dikenakan biaya. Klo masuk bagasi berarti harus bayar lagi. Akhirnya siaplah 1 tas backpack besar dan 1 tas sekolah Shierly (cukup besar utk ukuran anak kelas 3 sd dibandingin tas saya dulu).

Kami diantar oleh adikku ke bandara, di jalan dia nanya, "Ce, sudah isi pulsa belom?" OMG *tepokjidat lupa... Akhirnya berhenti di ATM utk isi pulsa, oh ya, aku juga bawa uang rupiah dan kartu debit B*A buat jaga2 kalo kurang uang plus kartu sakti alias kartu kredit takut klo kepepet hehehe.. Sampai di bandara kami makan dulu. Jam 12 siang, kami masuk untuk check in karena berangkatnya jam 12.55 WIB.

Check in, bayar airport tax trus lanjut ke imigrasi, eh di hadang dulu suruh beli asuransi perjalanan.. (menurut spanduknya sih terserah kita mau beli ato tidak, tapi kata yg jual harus beli, wedew...) Selesai beli asuransi, tengok kanan kiri kok kyknya pada isi formulir, formulir apa ya.. Nekat aja ke dekat meja imigrasi, eh di sana ada formulir buat keberangkatan dan kedatangan. Aku ambil 2 dan mulai isi formulir tersebut. Nggak lama orang2 mulai antri di depan imigrasi, akupun ikut antri :)

Di imigrasi, nyerahin paspor dan formulir yg diisi tadi. Trus dicap deh tanggal berangkat dari Indonesia sama petugas imigrasinya, trus kita masuk ke ruang tunggu penumpang. Tidak lama kemudian pesawatnya tiba tapi kita masih duduk santai, walaupun hati dag dig dug, karena masih nunggu mereka yang tiba dari Kuala Lumpur keluar dulu. Jam 12.40 kita dipersilahkan masuk ke pesawat. Tas diletakkan di kabin, trus kita duduk anteng sambil masang seatbelt trus baca2 katalog mereka. Jam 12.55 berangkat :)

Perjalanan dari Palembang ke Kuala Lumpur memakan waktu 1 jam 20 menit. Terdapat perbedaan waktu antara Palembang dan Kuala Lumpur sebanyak 1 jam. Jadi klo yang tadinya kita tiba jam 14.25 WIB, maka mengikuti waktu Kuala Lumpur, kita tiba pukul 15.25. Aku pikir, karena mau ke Singapore yang waktunya sama dengan kita, maka aku nggak ubah waktu di jam tanganku, tapi hal ini ternyata bikin panik setibanya di KL (Kuala Lumpur), kenapa?

Keberangkatan dari KL ke Singapore dijadwalkan pukul 17.00 tapi waktu itu yg dipikiranku adalah itu waktu Palembang alias Indonesia, ternyata itu waktu KL alias Malaysia, jadi kebayangkan, turun dari pesawat pukul 15.25, masuk imigrasi ketibaan di Malaysia, trus cari Imigrasi keberangkatan dari Malaysia lagi buat terbang ke Singapore, check in buat penerbangan harus dalam waktu 1 jam. Cukup nggak? Nggepassssssssss... banget hehehe... Buat temen2 yang mau pergi sepertiku, kusaranin utk spare waktu 3-4 jam antar penerbangan. Jangan takut kelamaan, sebab banyak yang bisa dilakuin selama menunggu :)


Jadi, tiba di bandara LCCT Kuala Lumpur, cuaca agak mendung. Turun dari pesawat tidak langsung masuk ke garbarata dn langsung ke gedung tapi... harus jalan kaki melalui lorong yang dibentuk rumah menuju ke gedung imigrasi. Untung aja, perjalanan kali ini dekat, dan sempet fotoin anakku juga di dekat pesawatnya. Di dalam gedung, kami ke toilet dulu, trus ambil formulir kedatangan dan keberangkatan trus isi dulu sambil duduk santai karena mikir masih ada waktu 2 jam lagi. Di luar gedung, terlihat hujan sudah turun dengan lebat. Kami pergi untuk antri imigrasi, sambil ngantri sambil lihat jam dannnnn... baru inget klo jamku nggak diubah ke waktu Malaysia dan ada perbedaan waktu 1 jam antara Indonesia dengan Malaysia.



Sambil deg-degan, aku nanya ke ibu yang antri di depanku, "I'm sorry mam, what time is this?" dia bilang "16.25: "Malaysia time?" "Yes" OMG.... "Oh no.. I've fligt to Singapore at 17.00." Dia kaget, terus langsung colek 2 orang ibu - ibu di depannya dan suruh kami berdua maju sambil menjelaskan ke temannya kalau kita ada penerbangan lagi dan hampir telat. Satu cowok di depan yang mungkin denger perkataan ibu itu langsung suruh kita maju lagi, syukurlah akhirnya kita dapet antrian paling depan. Terima kasih ya ibu-ibu dan mas :)

Di imigrasi hanya sebentar, trus kita ngikutin arus orang2 yang keluar dari antrian sambil lihat kanan kiri cari petunjuk jalan. Keluar dari pintu kedatangan, aku inget tulisan di milist untuk ke arah kiri dan terus aja sampai ketemu McD. Sambil lari2 kami cari restoran itu, ketemu, masuk ke pintu keberangkatan trus bingung... Hehehehe... kenapa bingung? Karena nggak tau mau kemana lagi, puter2 yang kulihat adalah tempat untuk masukin bagasi, tapi aku kan gak bawa bagasi. Akhirnya aku tanya polisi atau keamanan situ yang cewek sambil jelasin klo aku udah terlambat. Dia langsung tunjukin arahnya sambil suruh kami cepat2.

Sebelum masuk, di cek lagi tiket pesawat dan paspor kita trus di kasih izin masuk, eh ada yang nggak boleh masuk juga lho, karena kelihatan klo tas yang dia bawa lebih dari 7kg. Tiba di imigrasi untungnya tidak ada antrian. Trus aku cepet2 kasih paspor lagi. Nah di imigrasi ini sambil deg-degan, sebabkan buru-buru, tapi sang petugas (Mr. Sidi) nyantai banget. Dia sempet-sempetnya becandain Shierly, ngajak ngomong dan nanya-nanya. Akunya yang gak sabar. Dia nanya penerbangan jam berapa, saya bilang jam 5, trus katanya nggak perlu buru-buru karena pesawat di delay akibat hujan. Trus pesannya sambil nyerahin paspor "Jangan lari-lari ye, masih sempat" Tapi tetep aja aku cemas, karena masih kurang 10 menit lagi dari keberangkatan. Sambil jalan cepet (takut ditegur kalau lari) kami melewati pemeriksaan bagasi dan segera ke tempat keberangkatan.



Untunglah saat lihat di monitor pengumuman di T7, pesawat AA tujuan Singapore pukul 17.00 di tunda. Fiuuuhhh... *lapkeringetdingindijidat. Kami cari tempat duduk untuk melepas lelah setelah larian2 dan sport jantung dari tadi :)) Sambil santai dan lihat sekeliling, kami menunggu panggilan untuk penerbangan ke Singapore. Sempet beli cemilan buat Shierly karena dia laper. Air putih RM3,9 dan chicken sosis roll yang enak banget kata Shierly RM7,9. Ada tax juga lho 6%, total jadi RM12,5. Akhirnya kami berangkat pukul 18.00 dan kali ini berasa bener2 ke luar negeri karena percakapan di sekeliling kami semua pakai bahasa inggris. Berhubung nggak lancar, jadi aku diem aja deh.. :P Tapi ternyata tetep diajak ngomong jg sm ibu yg duduk disebelahku. Ngejawabnya agak terbata2 hihihi... Cerita Singapore nya tunggu lanjutannya ya... :))

Rabu, 22 Februari 2012

Lebaranan di Bangka yuuukkk.... - Tamat


Jam tujuh pagi kami berangkat dari Jebus menuju Pangkal Pinang. Sebenarnya kami salah memperhitungkan urutan perjalanan kami, sehingga banyak juga waktu kami yang terbuang di jalan. Weni tidak bergabung lagi dengan kami karena dia ikut ayahnya pulang ke Palembang. Berenam kami semangat berangkat ke Pangkal Pinang. Pukul sebelas siang kami sudah memasuki Pangkal Pinang. Kota ini lebih besar daripada Sungai Liat, tapi terdapat banyak jalan satu arah sehingga kami sering berputar-putar mencari jalan.

Petunjuk arahnya juga kurang jelas, tidak seperti di Sungai Liat. Hotel banyak terpusat di dekat bandara. Selain itu, tidak terdapat banyak tempat wisata di daerah ini. Tapi untuk kuliner, banyak terdapat pilihan. Setelah makan siang di sebuah warung sambil menelepon beberapa hotel dan bertanya jenis wisata pantai di Pangkal Pinang kami berangkat ke pantai Pasir Padi yang disarankan oleh pemilik warung.

Akses ke pantai ini tidak sebagus akses-akses ke pantai di Sungai Liat, bahkan akupun sempat ragu apakah arah yang kutuju sudah benar karena jaraknya yang sangat jauh dari jalan utama. Setelah kurang lebih 20 menit masuk dari jalan utama, tibalah aku di sebuah pos, kami harus membayar Rp.1.000,- untuk dapat memasuki wilayah pantai tersebut. Kurang lebih 2 km dari pos itu terdapat pantai dengan persimpangan. Kalau ke kiri menuju Seratta Inn, kalau ke kanan menuju rumah makan-rumah makan yang banyak terdapat di pinggir pantai. Di sebelah kanan juga ada sebuah tempat outbounds yang ramai pengunjung.

Aku membelok ke kiri untuk mengecek harga kamar di Seratta Inn. Tempatnya asri dan cukup nyaman. Menurut tante Vivi yang pernah menginap di sini, makanannya juga enak. Terdapat beberapa tipe kamar, dengan harga mulai dari Rp.300.000,- untuk kamar standar. Tapi kami tidak jadi menginap di sini karena kami anggap jauh dari kota. Kami segera ke pantai. Di pinggir pantai, selain restoran-restoran terdapat juga warung-warung kaki lima yang berjualan es dogan, bakso dan lain-lain.

Kami memesan es dogan untuk menghilangkan lelah. Pantai cukup banyak dikunjungi orang, mungkin karena suasana libur lebaran hari kedua. Satu es dogan harganya Rp.13.000,-  tanpa tambahan apapun.

Pantai Pasir Padi boleh dibilang mirip dengan pantai Matras karena masih terdapat anak kepiting dan pasirnya juga sangat halus. Lautnya sangat jauh dari jalan, ombaknya hampir tidak kelihatan, sangat tenang. Ada sebuah hamparan kerikil merah dan pohon-pohon agak ketengah. Karena air sedang surut, maka kita dapat berjalan kaki menuju pohon-pohon tersebut.
 
Sayang terdapat banyak sampah di tepi pantai padahal tidak terlihat ada petugas kebersihan di sana. Selain itu juga banyak yang mengendarai mobil dan motor di pantai ini, jadi agak was-was melepas anak-anak untuk bermain sendiri.

Di pantai ini juga ada restoran berbentuk kapal, karena sudah lapar juga, akhirnya kami memutuskan untuk makan di restoran tersebut.

Selesai makan kami kembali ke kota untuk mencari penginapan. Oh ya, di Pangkal Pinang banyak terdapat burung, walet atau bukan aku kurang tahu, jadi hati-hati saat berjalan di bawah kabel listrik, takutnya kejatuhan rejeki dari atas. Karena kakiku mengalami hal itu J. Setelah tanya sana sini akhirnya kami menemukan sebuah penginapan bernama Kacang Pedang Permai. Satu kamar AC dengan kamar mandi dalam dan sarapan untuk 2 orang yang diisi oleh kami berempat seharga Rp.195.000,- untuk laki-lakinya dengan kamar yang sama tapi lebih kecil dihargai Rp.155.000,-

Karena tidak banyak tempat wisata maka kami memutuskan besok akan pulang ke Palembang. Tapi sebelumnya kami ingin membeli oleh-oleh dulu. Ternyata “My Snack” tempat kami ingin membeli oleh-oleh baru buka pukul sembilan pagi, tapi karena kami mau pulang hari ini maka pemiliknya berbaik hati dengan membuka tokonya setengah jam lebih awal. Masih ada waktu satu setengah jam lagi, kami memutuskan untuk pergi ke sebuah kelenteng yang diberitahukan oleh pemilik penginapan.

Kelenteng tersebut terletak di Tanjung Bungah, kurang lebih setengah km dari jalan masuk ke pantai Pasir Padi. Jalan menuju kelenteng tersebut sudah bagus, hanya kira-kira 200 meter dari kelenteng jalannya berubah menjadi jalan berbatu dengan tanah merah. Tapi pemandangan di kelenteng itu sendiri sangat memukau. Nama kelenteng itu adalah Kelenteng Dewi Laut. Kelenteng itu menghadap ke arah laut.

Saat kami tiba, kelenteng sepi dan hanya ada seorang bapak pengurus kelenteng. Karena  waktu yang tersisa hanya sebentar kami hanya bisa sedikit berfoto. Tapi kami senang telah datang ke kelenteng ini. Sungguh indah.
 
Akhirnya saat untuk pulang pun tiba, rasanya belum ingin mengakhiri liburan ini tapi sudah tidak tahu mau kemana lagi. Ingin ke Belitung tapi harus menyeberang lagi dengan kapal feri yang memakan waktu seharian dengan biaya lumayan mahal, Rp.375.000,- per orang. Jadi kami pulang saja. Sebelumnya kami membeli nasi bungkus untuk bekal di perjalanan.

Perjalanan pulang kali ini agak ramai karena hari sudah siang, kami berhenti di rumah makan tempat kami sarapan pada hari pertama kedatangan kami yang sedang tutup untuk menikmati makan siang kami. Pukul dua siang kami tiba di pelabuhan Tanjung Kalian – Mentok. Kami beruntung karena kapal feri itu adalah kapal terakhir dan masih bisa memuat 3 motor lagi. Setelah membayar tiket masuk pelabuhan sebesar Rp.1.000,- per motor maka kami membeli tiket feri yang juga dijual di pintu masuk pelabuhan tersebut. Harga tiketnya lebih mahal Rp.4.000,- dari tiket berangkat kami. Jadi untuk pulang ini tiketku dan Shierly seharga Rp.160.000,-

Sayangnya karena terlambat maka kami tidak dapat tempat duduk lagi. Tipe kapalnya juga bukan seperti kapal kami kemarin. Kapal ini terdiri dari 3 dek yaitu dek bawah untuk mobil dan motor, dek tengah untuk tempat duduk yang berjajar dari kayu serta dek atas tempat nahkoda kapal. Semua tempat duduk di dek tengah sudah diisi orang, bahkan ada yang menggelar tikar di tengah-tengah lorong. Karena sudah kecapaian akhirnya kami pun cuek tidur di lantai yang jarang dilewati orang.

Kapal feri berangkat pukul empat sore dengan lama perjalanan tujuh jam tiga puluh menit. Biaya makan di atas kapal sangat mahal. Satu cup mi Rp.10.000,- Air mineral 1.500 ml seharga Rp.10.000,- per botol, bahkan untuk air panas saja Rp.3.000,- Pukul 11.30 malam kami tiba di pelabuhan Tanggo Buntung. Keluar kapal kami segera pulang ke rumah kami masing-masing. Capek tapi senang karena liburan ini benar-benar menyenangkan. Semoga ada kesempatan lagi kami dapat mengunjungi tempat-tempat lain di Bangka yang belum kami datangi.

Lebaranan di Bangka yuuukkk.... - Part IV


Pagi hari ketiga kami siap-siap, sebelum pergi kami berencana untuk sarapan bubur dulu. Semangkuk Rp.15.000. Air putih gratis..tis..tis.. Penjual buburnya juga memberitahu kami tempat-tempat lain yang bisa dikunjungi.
 
Oke, kami siap berangkat, sebelumnya pose dulu di depan rumah Fang-fang. Terima kasih ya Fang-fang dan keluarga yang telah mau menampung kami sang pengembara dadakan di rumah kalian. Sangat menyenangkan tinggal di rumah kalian dan disambut dengan hangat oleh kebaikan hati kalian. Hiks..hiks.. belum apa-apa sudah nggak ingin pergi karena masih ingin bermain dengan Lauren yang lucu dan Fandy yang ramah. Miss u guys…

 
Dari rumah Fang-fang kami pergi lagi ke pantai Tanjung Pesona. Tiket masuk Rp.10.000,- per motor. Selain pantainya disini juga terdapat hotel dan restoran, tempat bermain anak-anak, penyewaan kuda, jetski, dan speedboat. Mungkin karena ramai orang jadi banyak terdapat sampah yang dibuang oleh manusia yang malas membuang sampah pada tempatnya, untung ada petugas kebersihan disana yang terus menerus menyapu sampah, walaupun tetap kelihatan kotor karena lebih banyak yang membuang sampah dari pada yang membersihkan hehehe…

Pasir di pantainya sama seperti pasir di pantai Ancol, agak kasar. Terdapat batu-batu besar juga. Tapi pohon-pohon lebih dekat ke pantai sehingga dapat berteduh dan di bawah setiap pohon disediakan bangku-bangku batu untuk kita duduk. Terdapat toilet juga tidak jauh dari pantai untuk bilas dan lain-lain. Toiletnya besar dan bersih. Ada petugas yang rajin membersihkannya, airnya juga mengalir jernih.
 
Setelah mengambil beberapa foto kami segera pergi untuk melihat pantai yang lain. Tujuan kami berikutnya adalah pantai Teluk Uber. Pantai tersebut searah dengan pantai Tanjung Pesona. Tapi karena hari sudah semakin siang dan perut sudah lapar maka kami tidak berlama-lama di sana. Untuk ke pantai Teluk Uber tidak dikenakan biaya masuk walaupun di sana juga terdapat hotel. Kami kembali lagi ke kota dan mencari rumah makan yang buka karena hari ini adalah hari pertama lebaran jadi tidak banyak toko yang buka. Beruntung kami menemukan satu restoran yang buka walaupun ramai.

Kami menunggu agak lama untuk sepiring nasi ayam kalasan dan segelas es teh tawar karena pengunjung yang memadati restoran itu. Harganya Rp.25.000,- karena harga ayam naik. Kenyang, kami melanjutkan lagi perjalanan kami ke pantai Parai yang belum sempat kami kunjungi kemarin. Biaya masuk ke pantai Parai Rp.25.0000,- untuk dewasa dan gratis untuk anak-anak tapi tidak boleh ke kolam renang, kalau mau ke kolam renang biayanya beda lagi. Tiket masuk ini bisa ditukarkan dengan soft drink di “The Rock”.
 
Suasana di Parai mirip seperti di Ancol, hanya pantainya agak sempit, ombaknya lebih besar, pasirnya juga sama seperti pasir di Ancol. Aku sendiri agak heran dengan hal ini karena pantai Matras dan Parai sepertinya bersebelahan tapi kok pasirnya beda ya? Untuk kegiatan, disini lebih banyak pilihannya antara lain; jetski, banana boat, parasailing, diving dan lain-lain. Terdapat juga cottage apabila kita mau menginap.

Jam empat sore kami keluar dari pantai Parai dan langsung pergi ke Jebus untuk menemui ayah Weni. Ternyata rumah teman ayah Weni itu sangat jauh. Tepatnya di daerah Parit III, itupun masih ke dalam lagi. Kami sampai di rumah teman ayah Weni jam 8 malam. Kami diundang makan malam di rumah teman ayah Weni yang juga sedang sibuk menerima tamu karena mereka merayakan lebaran. Beliau seorang pengusaha timah juga. Terima kasih ya Ko Mimin atas makanannya dan tumpangannya.

Malam itu kami tidur tanpa ac atau kipas angin tapi tidak merasa kepanasan bahkan udara agak dingin, apalagi saat kami mandi di pagi hari. Untung di rumah yang dipinjamkan kepada kami terdapat dapur sehingga aku bisa masak air panas untuk Shierly mandi. Sarapan kami adalah mi instan yang dibawa oleh Vivi dan Ana dari Palembang. Sebenarnya kami ingin membeli oleh-oleh lempok cempedak tapi sayang persediaan di rumah penjualnya sudah habis karena sudah terlanjur dikirim kemarin.